Senin, 04 November 2013

Zat Anti Nutrisi Pada Pakan Ikan



I.                   PENDAHULUAN
                                               

Dalam usaha perikanan budidaya kontribusi pakan adalah yang paling tinggi yakni sekitar 60%. Pakan adalah suatu bahan atau campuran bahan pakan yang dimakan hewan atau ternak serta mengandung energi, protein, dan nutrien lainnya yang dibutuhkan oleh hewan atau ternak lainnya.
Pakan merupakan salah satu faktor pembatas dalam unit budidaya. Dimana pertumbuhan dan perkembangan serta kelangsungan hidup biota budidaya tergantung dari pakan ini.
Pakan memiliki peranan penting sebagai sumber energi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan perkembangbiakan. Oleh sebab itu nutrisi yang terkandung dalam pakan harus benar-benar terkontrol dan memenuhi kebutuhan dari ikan tersebut. Nutrisi atau gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Ikan  membutuhkan zat gizi tertentu untuk kehidupannya, yaitu untuk menghasilkan tenaga, menggantikan sel-sel yang rusak dan untuk tumbuh.
Di dalam budidaya ikan, formula pakan ikan harus mencukupi kebutuhan gizi ikan yang dibudidayakan, seperti: protein (asam amino esensial), lemak (asam lemak esensial), energi (karbohidrat), vitamin dan mineral. Mutu pakan akan tergantung pada tingkatan dari bahan gizi yang dibutuhkan oleh ikan. Akan tetapi, perihal gizi pada pakan bermutu sukar untuk digambarkan dikarenakan banyaknya interaksi yang terjadi antara berbagai bahan gizi selama dan setelah penyerapan di dalam pencernaan ikan pakan bermutu umumnya tersusun dari bahan baku pakan (feedstuffs) yang bermutu yang dapat berasal dari berbagai sumber dan sering kali digunakan karena sudah tidak lagi dikonsumsi oleh manusia. Pemilihan bahan baku tersebut tergantung pada kandungan bahan gizinya; kecernaannya (digestibility) dan daya serap (bioavailability) ikan; tidak mengandung anti nutrisi dan zat racun; tersedia dalam jumlah banyak dan harga relatif murah.
Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan. Ini bisa terjadi karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang.
Penyebab malnutrisi dapat dibagi kepada dua penyebab yaitu malnutrisi primer dan malnutrisi sekunder. Malnutrisi primer adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh asupan protein maupun energi yang tidak adekuat. Malnutrisi sekunder adalah malnutrisi yang terjadi karena kebutuhan yang meningkat, menurunnya absorpsi dan/atau peningkatan kehilangan protein maupun energi dari tubuh (Kleigmen et al, 2007).


II.                PEMBAHASAN


Bahan baku pembuatan pakan ikan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu bahan baku nabati dan bahan baku hewani. Dan dalam bahan baku tersebut ada beberapa yang mengandung anti nutrisi dan zat racun.
1. Bahan Hewani
a) Tepung Ikan
Berasal dari ikan sisa atau buangan yang tidak dikonsumsi oleh manusia, atau sisa pengolahan industri makanan ikan, sehingga kandungan nutrisinya beragam, tapi pada umumnya berkisar antara 60 – 70%. Tepung ikan merupakan pemasok lysin dan metionin yang baik, dimana hal ini tidak terdapat pada kebanyakan bahan baku nabati. Mineral kalsium dan fosfornya pun sangat tinggi, dan karena berbagai keunggulan inilah maka harga tepung ikan menjadi mahal. Namun tepung ikan mengandung zat anti nutrisi yaitu gizzerosine dan histamine (biogeric amines)
b) Tepung Rebon dan Benawa
Rebon adalah sejenis udang kecil yang merupakan bahan baku pembuatan terasi. Benawa adalah anak kepiting laut. Rebon dan Benawa muncul pada awal musim hujan di sekitar muara sungai, mengerumuni benda yang terapung.
c) Tepung Kepala Udang
Bahan yang digunakan adalah kepala udang, limbah pada proses pengolahan udang untuk ekspor.
d) Tepung Darah
Merupakan limbah dari rumah potong hewan, yang banyak digunakan oleh pabrik pakan, karena protein kasarnya tinggi. Walaupun demikian ada pembatas “religius” dan “dampak kesehatan”. Baik buruknya tepung darah yang digunakan sebagai bahan baku dari segi kesehatan, tergantung pada bagaimana bahan itu diperoleh dari rumah potong hewan. Bila berasal dari penampungan yang bercampur kotoran, tentu bahan ini tidak layak digunakan, tapi bila berasal dari penampungan yang bersih, maka tepung ini memenuhi syarat sebagai bahan baku pakan.
e). Keong Emas
Keong emas balk digunakan untuk campuran pakan itik karma hewan air ini mengandung banyak protein dan kalsium. Pemberian dalam bentuk segar dapat menyebabkan pengaruh negatif terhadap ternak, yaitu dapat menyebabkan penurunan produksi ternak karma di dalam lendir keong tersebut terdapat suatu zat anti nutrisi yang dapat menghambat pertumbuhan ternak, oleh sebab itu dianjurkan menggunakan keong emas yang telah direbus, karma zat anti nutrisi yang ada akan berkurang atau bahkan hilang setelah proses perebusan selama 15-20 menu.

2.      Bahan Nabati
Banyak sekali bahan baku nabati yang dapat diberikan kepada ikan, dari sekian banyak bahan baku nabati, 70 – 75% merupakan biji-bijian. Bahan pakan nabati ini sebagian besar merupakan sumber energi yang baik, tetapi karena asalnya dari tumbuhan, kadar serat kasarnya tinggi.

a)      Dedak
Bahan dedak padi ada dua, yaitu dedak halus (katul) dan dedak kasar. Dedak yang paling baik adalah dedak halus yang didapat dari proses penyosohan beras. Dedak memiliki zat anti nutrisi yaitu trypsin inhibitor dan antithiamine factor.
b)      Jagung
Terdapat 2 jenis, yaitu: (1) Jagung kuning, mengandung protein dan energi tinggi, daya lekatnya rendah; (2) Jagung putih, mengandung protein dan energi rendah, daya lekatnya tinggi. Sukar dicerna ikan, sehingga jarang digunakan. Tepung jagung memiliki zat anti nutrisi seperti Selenoamino acid.
c) Cantel/Sorgum
Berwarna merah, putih, kecoklatan. Warna putih lebih banyak digunakan. Mempunyai zat tanin yang dapat menghambat pertumbuhan, sehingga harus ditambah metionin/penyosohan yang lebih baik. Sorgum memiliki zat anti nutria yaitu tannin. Tannin pada sorgum tinggi bila digunakan pada ternak akan memperlihatkan penurunan kecepatan pertumbuhan dan menurunkan efisiensi ransum pada broiler, menurunkan produksi telur pada layer dan meningkatnya kejadian leg abnormalitas. Cara mengatasi pengaruh dari tannin dalam ransum yaitu dengan mensuplementasi DL-metionin dan suplementasi agen pengikat tannin, yaitu gelatin, poly vinyl pyrrolidone (PVP) dan polyethyleneglycol yang mempunyai kemampuan mengikat dan merusak tannin. Selain itu kandungan tannin pada bahan pakan dapat diturunkan dengan berbagai cara seperti perendaman, perebusan, fermentasi, dan penyosohan kulit luar biji.
d) Tepung Bungkil Biji Karet (TBBK)
Bungkil biji karet kulit keras mengandung sebesar 55-56% dari daging biji dan 60% dari hasil penggilingan sederhana (Ong dan Yeong 1977). Menurut Rachmawan (2001), menyatakan bahwa faktor zat anti nutrisi dalam biji karet adalah “sianogenik glukosida” yang disebut linamarin. Linamarin mengurai bersama dengan enzim linamarase (β-glukosidase) dan hidroksinitrilliase menjadi sianida (HCN).
Sianida ini menimbulkan gangguan fisiologik sebagai akibat tidak terbentuknya kembali ATP selama proses itu masih bergantung pada sitokrom oksidase yang merupakan tahap akhir dari proses phoporilasi oksidatif. Selama siklus metabolisme masih bergantung pada sistem transport elektron, sel tidak mampu menggunakan oksigen sehingga menyebabkan penurunan respirasi serobik dari sel. Sianida menimbulkan banyak gejala termasuk pada tekanan darah, penglihatan, saraf pusat, sistem endokrin, sistem otonom dan sistem metabolisme dan kesulitan bernafas karena mengiritasi mukosa saluran pernafasan karena efek racun dari sianida adalah memblok pengambilan dan penggunaan dari oksigen maka akan didapatkan rendahnya kadar oksigen dalam jaringan dan lebam pada tubuh yang berwarna merah bata (Anonim 2008).
Menurut Ngoku  dan Ononogbu  (1998), bahwa kandungan sianida dalam biji karet dapat dihilangkan dengan cara pemanasan pada suhu 60oC ataupun dengan perebusan dengan perbandingan biji karet dan air sebesar 1 : 2-3 (Judoamidjojo et al. 1989).
e) Tepung Kedele
Bungkil kedelai merupakan limbah pembuatan minyak kedelai, mempunyai kandungan protein ± 42,7% dengan kandungan energi metabolisme sekitar 2240 Kkal/Kg, kandungan serat kasar rendah, sekitar 6%, tetapi kandungan methionin rendah. %. Serta tepung kedelai mengandung lisin asam amino essensial yang paling essensial dan aroma makanan lebih sedap, penggunaannya ± 10%.
Tepung kedelai telah diakui secara luas sebagai sumber protein nabati yang paling baik, tetapi kedelai mengandung beberapa faktor anti nutrisi.
Faktor anti nutrisi diantaranya trypsin inhibitor, secara perlahan dapat dimusnahkan atau dinonaktifkan melalui pemanasan dan pengeringan. Tetapi faktor anti nutrisi lainnya seperti phytate, oligosaccharides raffinose, dan stachyose, menjadi berkurang pada prosedur proses pengolahan normal yang dipakai dalam produksi tepung. Pemusnahan faktor anti nutrisi yang tidak sempurna dapat mengurangi potensi dalam pemakaian formulasi pakan secara konvensional, dan telah banyak usaha yang dikeluarkan dalam memikirkan teknik pengolahan untuk memperbaiki nilai nutrisi dari kedelai (Houlihan et al.,2001).
f) Tepung Bungkil Kacang Tanah
Bungkil kacang tanah adalah ampas pembuatan minyak kacang. Kacang tanah memiliki zat saponin. Saponin umumnya mempunyai karakteristik yaitu rasa pahit, sifat iritasi mucosal, sifat penyabunan, dan sifat hemolitik dan sifat membentuk komplek dengan asam empedu dan kolesterol.
Saponin mempunyai efek menurunkan konsumsi ransum karena rasa pahit dan terjadinya iritasi pada oral mucosa dan saluran pencernaan. Saponin bisa menurunkan konsumsi ransum, menurunkan pertambahan berat badan, menurunkan kecernaan lemak, meningkatkan ekskresi cholesterol dan menurunkan absorpsi vitamin A dan D.
g) Biji Kapuk/Randu
Penggunaan bungkil biji kapuk (Cottonseed meal) pada hewan dibatasi oleh kandungan serat kasar dan senyawa toksik yaitu tannin dan gossypol yaitu pigmen polyphenolic kuning dan mengandung zat siklo-propenoid yang bersifat racun bius.. Konsentrasi gossypol dalam biji bervariasi diantara spesies kapuk dan antara cultivarnya berkisar 0,3 dan 3,4 %. Gossypol ditemukan dalam bentuk bebas, bentuk beracun dan bentuk ikatan yang tidak toksik. Metode pengolahan biji kapuk menentukan kandungan gosipol bebas. gosipol yang bersifat sebagai racun, yaitu merusak hati dan perdarahan/pembengkakan jaringan tubuh. Untuk penggunaannya harus dimasak dulu.
Kandungan gossipol bebas pada pengolahan menggunakan ekstrak pelarut berkisar antara 0,1-0,5 % tetapi untuk proses expeller kandungan gossypol bebas kira-kira 0,05 %. Seluruh biji mempunyai gossypol bentuk bebas. Broiler bisa toleran sampai level gosipol bebas 100 ppm tanpa terlihat pengaruh merugikan pada performan.
Penambahan garam besi (ferric sulphat) pada ransum yang biji kapuk dapat merusak gossypol yaitu dengan mengikat grup reaktif gossipol dengan (Fe), dan kandungan protein ransum yang tinggi juga dapat mencegah pengaruh merugikan dari gossypol.
h) Tepung Daun Turi
Kelemahannya: mengandung senyawa beracun : asam sianida, asam biru (HCN), lusein dan alkoloid-alkoloid lainnya
i)Tepung Daun Lamtoro
Tepung daun lamtoro (Leucaena leucocephala) kering sama dengan tepung biji kapuk sebagai sumber protein. Lamtoro mengandung mimosin sebesar 3-5 % BK, tetapi juga mengandung senyawa antinutrisi lain termasuk protease inhibitor, tannin dan galactomannan. Karena adanya mimosin ini penggunaan lamtoro dalam ransum non ruminansia sebesar 5-10 % tanpa menimbulkan gejala toxicosis. Efek yang merugikan dari mimosin, yaitu menurunkan pertumbuhan dan menggangu sintesis enzim dalam hati; merusak sell hepatopankreas pada udang.
j) Tepung Daun Ketela Pohon
Mengandug asam sianida yang akan mengganggu sistem metabolisme serta mengandung racun HCN/asam biru.
k) Ubi kayu/ singkong
Ubi kayu/ singkong merupakan bahan pakan yang memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Tetapi ubi kayu/ singkong juga memiliki bahan zat antinutrisi yang berfungsi melindungi diri mereka. Zat antinutrisi yang terdapat pada ubi kayu adalah Cyanogenic glycoside, cyanoglycosida atau cyanogens
Cyanogens adalah senyawa yang apabila diperlakukan asam dan diikuti dengan hidrolisis oleh enzim tertentu akan melepaskan hydrogen cyanida (HCN). Pengolahan singkong yaitu umbi singkong dipotong-potong, dihancurkan dan dikeringkan dibawah sinar matahari sampai HCN menguap.
Cyanogenicglycosida tidak beracun tetapi beberapa enzim terlibat dalam hidrolisis cyanogens kemudian mensintesis HCN.
Beberapa cara mengurangi cyanogenic glycoside yaitu :
·         Proses pembuatan pati menghilangkan cyanogens
·         Pencacahan – dikeringkan atau sebelumnya disimpan lebih dulu dalam keadaan basah bisa mengurangi 2/3 cyanogen dari segar.
Dari dua cara penghilangngan zat antinurisi intinya adalah menghilangkan kadar air dengan ara penguapan. Apabila semakin banayak kandungan air yang menguap atau semakin kering bahan pakan, kandungan cyanogenic glycocidae semakin sedikit. Untuk mengoptimalkan proses penguapan, yaitu dengan cara memperluas permuakaan bahan agar penguapan cepat dan kandungan cyanogenic glycocidae.



Berikut ini adalah ringkasan tabel bahan baku yang mengandung zat anti nutrisi




III.             KESIMPULAN


Dari pembahsaan diatas dapat kita ketahui bahwa setiap pakan baku baik nabati maupun hewani memiliki zat anti nutrisi. Dimana zat anti nutrisi tesebut dapat membuat kerugian jika diberikan kepada ikan.
Tapi zat anti nutrisi dapat kita hindari karena sudah ada cara penangan sebelum akan diberikan kepada ikan.


DAFTAR PUSTAKA


Ali, Ahmad Jakfar. 2006. karakteristik Sifat Fisik Bungkil Kedelai, Bungkil Kelapa Dan  Bungkil Sawit.
Khairuman. dan Amri, K. 2002. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agro Media Pustaka. Jakarta
Rahardjo, 1985. Nilai Gizi Cangkang Udang dan Pemanfaatannya untuk Ink. Prosidings Seminar Peternakan dan Forum Peternakan Unggas dan Aneka Ternak. Pusat Penelitian