I.
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Adanya perbedaan
jenis maupun karakter antara individu satu dengan yang lainnya disebabkan oleh
adanya perkawinan. Pada organisme
yang berkembang biak secara seksual individu baru adalah hasil kombinasi
informasi genetik yang di sumbangkan oleh 2 gamet yang berbeda yang berasal
dari kedua parentalnya.
Genetika merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi ilmu terapan,
misalnya pemuliaan tanaman dan hewan, masalah penyakit dan kelainan pada tubuh
manusia. Beberapa istilah yang sering digunakan dalam bidang genetika ini
seperti : gen, genotif, resesif, dominan, alel, homozigot, heterozigot
hendaknya sudah diketahui dan dipahami.
Jika kita ingin
mendapatkan keragaman jenis yang sangat berbeda-beda kita dapat mengawinkan
dengan cara masal namun dengan perbandingan yang seimbang. Hasil perkawinan
masal tersebut atau ilmu yang mendasarinya dapat kita sebut dengan genetika
populasi. Genetik populasi dapat diartikan sebagai aspek genotipe dari suatu
sekumpulan yang meliputi banyaknya kromosom, alel (bagian dari kromosom yang
berperan dalam hal pembentukkan warna, bulu, bentuk, dll), dan faktor-faktor
keturunan yang diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya.
Tujuan diadakan
praktikum ini adalah membuat
perhitungan kemungkinan kemunculan warna pasangan induk yang menghasilkan larva
tersebut dan jumlah induk yang melakukan pemijahan.
B.
Tinjauan pustaka
ikan Guppy dengan nama ilmiahnya (Poecilia reticulata) ditemukan
oleh Robert John Lechmere Guppy, seorang yang berkebangsaan Inggris, di Trinidad
pada tahun 1850. Sejak saat itu nama Guppy digunakan sebagai nama populer untuk
ikan ini.
Menurut
Sragen (2009), klasifikasi dari ikan Guppy adalah:
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Actinopterygii
Ordo
: Cyprinodontiformes
Famili
: Poecillidae
Genus
: Poeilia
Spesies
: P. rectulata
Dari penampakan morfologis, ikan gapi
jantan memiliki bentuk dan corak warna tubuh lebih menarik dan cemerlang
daripada ikan betinanya. Ikan gapi memiliki kemampuan berkembang biak yang
cepat sehingga harus segera dipisahkan agar tidak terjadi perkawinan pada usia
muda yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas anak yang dihasilkan. Ikan
gapi dapat dikawinkan baik secara berpasangan maupun secara massal dengan
perbandingan antara induk jantan dan betina 1:1. karena perkawinan ikan gapi
secara massal belum tentu terjadi semua pada hari pertama setelah dicampurkan,
maka biasanya lama pencampuran 4-7 hari.
Ikan gapi bersifat ovovivipar, yaitu
pembuahan terjadi di dalam tubuh, embrio disimpan dan terus berkembang dalam
tubuh induk, akan dilahirkan sebagai anak setelah kurang lebih 20 hari masa
kehamilan. Ikan betina mampu menyimpan sperma dalam tubuhnya sehingga dari satu
kali perkawinan dapat melahirkan sampai tiga kali dengan jarak waktu antar
kehamilan 7-43 hari, dengan selang waktu antara melahirkan anak dengan
pemisahan induk betina dari jantannya berkisar 16-35 hari.
Genetika adalah suatu ilmu pengetahuan yang merupakan
cabang dari ilmu
biologi, yang mempelajari tentang unsur kebakaan ( hereditas ) dan segenap variasi yang terjadi, gen berasal
dari bahasa yunani yang berarti hidup.
Populasi adalah suatu kelompok individu
sejenis yang hidup pada suatu daerah tertentu. Genetika populasi adalah cabang dari ilmu genetika yang
mempelajari gen-gen dalam populasi dan menguraikannya secara matematik akibat
dari keturunan pada tingkat populasi. Suatu populasi dikatakan seimbang apabila
frekuensi gen dan frekuensi genetik berada dalam keadaan tetap dari setiap
generasi (Suryo 1994: 344).
Dari obyek bahasannya, genetika populasi
dapat dikelompokkan sebagai cabang genetika yang berfokus pada pewarisan
genetik. Genetika populasi didasarkan pada hukum Hardy-Weinberg yang
diperkenalkan pertama kali oleh Wilhelm Weinberg (1908) dan hampir bersamaan
tetapi secara independen, Godfrey Hardy (1908).
Hardy-Weinberg menyatakan bahwa bila
suatu populasi dalam keadaan seimbang, maka baik frekuensi alel atau genotipe
akan konstan dari generasi ke generasi.
II.
BAHAN
DAN METODE
A.
Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1.
Aerator kecil
2.
4 buah akuarium dengan ukuran 30x20x20 3 buah dan ukuran 30x40x60 1 buah.
3.
Methaline blue
4.
Garam ikan
5.
Serokan kecil
6.
Ayakan kecil
7.
Larutan ETS
8.
Timbangan
9.
Indukan Ikan Guppy jenis kobra dengan motif warna sebagai berikut :
Jantan
berjumlah 10 ekor
1.
Ekor Merah Berumbai
2.
Ekor Merah Kebiruan Berumbai
3.
Ekor Merah Berumbai
4.
Ekor Biru Berumbai
5.
Ekor Biru Keunguan Berumbai
6.
Ekor Biru Kehijauan Berumbai
7.
Ekor Orange Berumbai
8.
Ekor Orange Berumbai
9.
Ekor Biru Berumbai
10.
Ekor Hitam Berumbai
Indukan
betina berjumah 16 ekor : semua warna seragam yaitu kuning ekor hitam.
Indukan jantan dan betina didapatkan
dari tempat yang berbeda untuk menghindari perkawinan sekerabat (inbreeding).
10.
Cacing Sutra (Tubifek sp)
11.
Cuk nyamuk
12.
Kutu Air (Daphnia)
B.
Metode
Adapun
metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Siapkan 4 buah akuarium, masing-masing
berukuran 30x20x20 cm 3 buah dan akuarium ukuran 30x40x60 cm 1 buah.
2.
Lalu, masukkan 10 indukan jantan dan 16
indukan betina kedalam akuarium yang berukuran
30x40x60 cm.
3.
Setelah terjadi pemijahan, kita pisahkan
indukan jantan dan betina tersebut. Indukan jantan diletakkan dalam akuarium
berukuran 30x40x60 cm sedangkan indukan betina dalam akuarium ukuran 30x20x30
cm yang pertama.
4.
Lalu, dilakukan perendaman pada indukan
betina menggunakan ETS dengan dosis 1,3 mg + 8,3 liter air selama 24 jam. Air
yang digunakan untuk perendaman sebelumnya diaerasi terlebih dahulu selama 2
hari untuk menetralkan suhu dan pH air itu sendiri. Sebelum dilakukan
perendaman terlebih dahulu ETS kita larutkan dan kita saring tujuanya
memisahkan endapan ETS.
5.
Setelah 24 jam indukan kita angkat dan
kita masukkan kedalam akuarium ukuran 30x20x20 dan di pisahkan dari indukan
jantan.
6.
Setelah 1 minggu, 2 indukan betina
menetaskan larva sebanyak 20 ekor.
7.
Lalu, larva yang sudah menetas tersebut
dimasukkan kedalam akuarium ukuran 30x20x30 cm yang kedua.
8.
Larva yang sudah menetas tersebut
berkembang menjadi anakan dan tersisa 4 ekor hingga kami dapat mengidentifikasi
warna.
9.
Selama praktikum dan pengamatan untuk
pakan indukan di berikan cacing sutra dan sesekali ditambahkan cuk nyamuk,
sedangkan untuk larva pakan yang diberikan adalah kutu air.
10.
Pergantian air dilakukan 3 hari sekali
dan untuk menjaga agar air didalam akuarium agar tidak kotor akuarium di sipon
setiap hari.
III.
HASIL
PERHITUNGAN
Berikut
adalah data indukan populasi ikan guppy yang dikawinkan :
Fenotif
|
genotip
|
Jumlah
|
Merah, berumbai
|
GG CuCu
|
3
|
Orange, berumbai
|
Gg CuCu
|
2
|
Hitam dan biru berumbai
|
gg CuCu
|
5
|
Hitam tidak berumbai
|
gg cucu
|
16
|
Total
|
26
|
Merah (GG dan Gg) = 3 + 2 = 5

Total =
26
f (g) dengan dihitung
f (g) = f (gg) = f

f (g) =
=
= 0.89


dari sini f (G) diperoleh = 1,0 – 0.89 =
0.11
perhitungan selanjutnya adalah
menghitung f (Cu) dan f (cu) dengan mengelompokkan fenotip ikan berekor rumbai
=
sirip rumbai (CuCu ) = 10

Total =
26
f (cu) dapat dihitung = f
=
f 


f (cu) =

f (cu) = 

f (cu) = 0.78
dari sini diperoleh f (Cu) = 1.0 – 0.78
= 0.22
IV.
PEMBAHASAN
Dari hasil perhitungan diatas kita harus
mengetahui data indukan yang akan dipijahkan dahulu selanjutnya data indukan
dipisahkan berdasarkan fenotip dan genotipnya.
Dengan
Hukum Hardy-Weinberg dapat memudahkan kita untuk menentukan apakah pada
percobaan ini populasinya berada dalam keseimbangan yang stabil frekuensinya
atau tidak. Bila frekuensi gen dalam suatu populasi selalu konstan dari
generasi ke generasi, maka populasi tersebut tidak mengalami
evolusi. Dari hasil percobaan didapat populasinya mengalami evolusi ditandai
dengan Jumlah dari frekuensi fenotip baik dari frekuensi alel maupun frekuensi
gen pada percobaan I dan II tidak sesuai dengan Hukum Hardy-Weinberg yaitu yaitu
dengan jumlah kurang dari 1.
Ketidak
sesuaian ini dikarenakan factor lingkungan yang mempengaruhinya. Ketidak
sesuaian dikarenaka banyak kan yang mati. Ikan yang mati munkin dikarenakan
suhu, DO maupun pH atau kepadatan yang melebihi batas maksimal.
Dan ketidak seimbangan tersebut dikarenakan adanya banyak fenotip
yang dikontrol oleh beberpa gen sekaligus sehingga tidak mungkin untuk
menghitung frekuensinya atau kalau tidak terjadinya tumpang tindih . Perbedaan
jumlah indukan dikarenakan indukan telah direndam terlebih dahulu dengan ETS
dengan dosis 1,3 mg + 8,3 liter air selama 24 jam. Hal ini bertujuan untuk
menghasilkan atau merubah kelamin betina menjadi kelamin jantan. Karena ikan jantan memiliki fenotip yang
berbeda dengan betina. Seperti
diketahui, fenotipe yang berbeda sering kali mempunyai nilai ekonomis yang
berbeda, dan apabila ini terjadi maka diharapkan untuk mengubah frekuensi dari
alel-alel yang memproduksi fenotipe, peningkatan frekuensi alel tersebut
mengontrol fenotipe yang diinginkan dan mengurangi alel yang tidak diinginkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Cahyono, Bambang. 2001. Budi Daya di Perairan Umum.
Yogyakarta: Kanisius
Elrod S,
Stansfield W. 2002. Genetika Edisi 4. Jakarta: Erlangga.
Stansfield,
William D., 1991, Genetika, Erlangga, Jakarta.
Suryo. 1996. Genetika. UGM
Press : Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar