Kamis, 29 Agustus 2013

GENETIKA POPULASI Ikan guppy

                                                                                                                                                                              I.            PENDAHULUAN


A.                Latar belakang
Adanya perbedaan jenis maupun karakter antara individu satu dengan yang lainnya disebabkan oleh adanya perkawinan. Pada organisme yang berkembang biak secara seksual individu baru adalah hasil kombinasi informasi genetik yang di sumbangkan oleh 2 gamet yang berbeda yang berasal dari kedua parentalnya.
Genetika merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi ilmu terapan, misalnya pemuliaan tanaman dan hewan, masalah penyakit dan kelainan pada tubuh manusia. Beberapa istilah yang sering digunakan dalam bidang genetika ini seperti : gen, genotif, resesif, dominan, alel, homozigot, heterozigot hendaknya sudah diketahui dan dipahami. 
Jika kita ingin mendapatkan keragaman jenis yang sangat berbeda-beda kita dapat mengawinkan dengan cara masal namun dengan perbandingan yang seimbang. Hasil perkawinan masal tersebut atau ilmu yang mendasarinya dapat kita sebut dengan genetika populasi. Genetik populasi dapat diartikan sebagai aspek genotipe dari suatu sekumpulan yang meliputi banyaknya kromosom, alel (bagian dari kromosom yang berperan dalam hal pembentukkan warna, bulu, bentuk, dll), dan faktor-faktor keturunan yang diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya.
Tujuan diadakan praktikum ini adalah membuat perhitungan kemungkinan kemunculan warna pasangan induk yang menghasilkan larva tersebut dan jumlah induk yang melakukan pemijahan.
B.                 Tinjauan pustaka
ikan Guppy dengan nama ilmiahnya (Poecilia reticulata) ditemukan oleh Robert John Lechmere Guppy, seorang yang berkebangsaan Inggris, di Trinidad pada tahun 1850. Sejak saat itu nama Guppy digunakan sebagai nama populer untuk ikan ini.
Menurut Sragen (2009), klasifikasi dari ikan Guppy adalah:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cyprinodontiformes
Famili : Poecillidae
Genus : Poeilia
Spesies : P. rectulata
Dari penampakan morfologis, ikan gapi jantan memiliki bentuk dan corak warna tubuh lebih menarik dan cemerlang daripada ikan betinanya. Ikan gapi memiliki kemampuan berkembang biak yang cepat sehingga harus segera dipisahkan agar tidak terjadi perkawinan pada usia muda yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas anak yang dihasilkan. Ikan gapi dapat dikawinkan baik secara berpasangan maupun secara massal dengan perbandingan antara induk jantan dan betina 1:1. karena perkawinan ikan gapi secara massal belum tentu terjadi semua pada hari pertama setelah dicampurkan, maka biasanya lama pencampuran 4-7 hari.
Ikan gapi bersifat ovovivipar, yaitu pembuahan terjadi di dalam tubuh, embrio disimpan dan terus berkembang dalam tubuh induk, akan dilahirkan sebagai anak setelah kurang lebih 20 hari masa kehamilan. Ikan betina mampu menyimpan sperma dalam tubuhnya sehingga dari satu kali perkawinan dapat melahirkan sampai tiga kali dengan jarak waktu antar kehamilan 7-43 hari, dengan selang waktu antara melahirkan anak dengan pemisahan induk betina dari jantannya berkisar 16-35 hari.
Genetika adalah suatu ilmu pengetahuan yang merupakan cabang dari ilmu biologi, yang mempelajari tentang unsur kebakaan ( hereditas ) dan segenap variasi yang terjadi, gen berasal dari bahasa yunani yang berarti hidup.
Populasi adalah suatu kelompok individu sejenis yang hidup pada suatu daerah tertentu. Genetika populasi adalah cabang dari ilmu genetika yang mempelajari gen-gen dalam populasi dan menguraikannya secara matematik akibat dari keturunan pada tingkat populasi. Suatu populasi dikatakan seimbang apabila frekuensi gen dan frekuensi genetik berada dalam keadaan tetap dari setiap generasi (Suryo 1994: 344).
Dari obyek bahasannya, genetika populasi dapat dikelompokkan sebagai cabang genetika yang berfokus pada pewarisan genetik. Genetika populasi didasarkan pada hukum Hardy-Weinberg yang diperkenalkan pertama kali oleh Wilhelm Weinberg (1908) dan hampir bersamaan tetapi secara independen, Godfrey Hardy (1908).
Hardy-Weinberg menyatakan bahwa bila suatu populasi dalam keadaan seimbang, maka baik frekuensi alel atau genotipe akan konstan dari generasi ke generasi.




























                                                                                                                                                               II.            BAHAN DAN METODE


A.                Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Aerator kecil
2. 4 buah akuarium dengan ukuran 30x20x20 3 buah dan ukuran 30x40x60 1 buah.
3. Methaline blue
4. Garam ikan
5. Serokan kecil
6. Ayakan kecil
7. Larutan ETS
8. Timbangan
9. Indukan Ikan Guppy jenis kobra dengan motif warna sebagai berikut :
Jantan berjumlah 10 ekor
1. Ekor Merah Berumbai
2. Ekor Merah Kebiruan Berumbai
3. Ekor Merah Berumbai
4. Ekor Biru Berumbai
5. Ekor Biru Keunguan Berumbai
6. Ekor Biru Kehijauan Berumbai
7. Ekor Orange  Berumbai
8. Ekor Orange  Berumbai
9. Ekor Biru Berumbai
10. Ekor Hitam Berumbai
Indukan betina berjumah 16 ekor : semua warna seragam yaitu kuning ekor hitam.
Indukan jantan dan betina didapatkan dari tempat yang berbeda untuk menghindari perkawinan sekerabat (inbreeding).
10. Cacing Sutra (Tubifek sp)
11. Cuk nyamuk
12. Kutu Air (Daphnia)
B.                 Metode
Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.        Siapkan 4 buah akuarium, masing-masing berukuran 30x20x20 cm 3 buah dan akuarium ukuran 30x40x60 cm 1 buah.
2.        Lalu, masukkan 10 indukan jantan dan 16 indukan betina kedalam akuarium yang berukuran  30x40x60 cm.
3.        Setelah terjadi pemijahan, kita pisahkan indukan jantan dan betina tersebut. Indukan jantan diletakkan dalam akuarium berukuran 30x40x60 cm sedangkan indukan betina dalam akuarium ukuran 30x20x30 cm yang pertama.
4.        Lalu, dilakukan perendaman pada indukan betina menggunakan ETS dengan dosis 1,3 mg + 8,3 liter air selama 24 jam. Air yang digunakan untuk perendaman sebelumnya diaerasi terlebih dahulu selama 2 hari untuk menetralkan suhu dan pH air itu sendiri. Sebelum dilakukan perendaman terlebih dahulu ETS kita larutkan dan kita saring tujuanya memisahkan endapan ETS.
5.        Setelah 24 jam indukan kita angkat dan kita masukkan kedalam akuarium ukuran 30x20x20 dan di pisahkan dari indukan jantan.
6.        Setelah 1 minggu, 2 indukan betina menetaskan larva sebanyak 20 ekor.
7.        Lalu, larva yang sudah menetas tersebut dimasukkan kedalam akuarium ukuran 30x20x30 cm yang kedua.
8.        Larva yang sudah menetas tersebut berkembang menjadi anakan dan tersisa 4 ekor hingga kami dapat mengidentifikasi warna.
9.        Selama praktikum dan pengamatan untuk pakan indukan di berikan cacing sutra dan sesekali ditambahkan cuk nyamuk, sedangkan untuk larva pakan yang diberikan adalah kutu air.
10.    Pergantian air dilakukan 3 hari sekali dan untuk menjaga agar air didalam akuarium agar tidak kotor akuarium di sipon setiap hari.




                                                                                                                                                            III.            HASIL PERHITUNGAN


Berikut adalah data indukan populasi ikan guppy yang dikawinkan :
Fenotif
genotip
Jumlah
Merah, berumbai
GG CuCu
3
Orange, berumbai
Gg CuCu
2
Hitam dan biru berumbai
gg CuCu
5
Hitam tidak berumbai
gg cucu
16
Total
26

Merah (GG dan Gg)   = 3 + 2 = 5
Hitam (gg)                   = 5 + 16 = 21
Total                                        = 26
f (g) dengan dihitung
f (g) = f (gg) = f
f (g) =  =   = 0.89
dari sini f (G) diperoleh = 1,0 – 0.89 = 0.11
perhitungan selanjutnya adalah menghitung f (Cu) dan f (cu) dengan mengelompokkan fenotip ikan berekor rumbai =
sirip rumbai (CuCu )   = 10
sirip bulat (cucu)         = 16
Total                            = 26
f (cu) dapat dihitung = f   = f
f (cu) =  
f (cu) =
f (cu) = 0.78
dari sini diperoleh f (Cu) = 1.0 – 0.78 = 0.22


                                                                                                                                                                           IV.            PEMBAHASAN


Dari hasil perhitungan diatas kita harus mengetahui data indukan yang akan dipijahkan dahulu selanjutnya data indukan dipisahkan berdasarkan fenotip dan genotipnya.
Dengan Hukum Hardy-Weinberg dapat memudahkan kita untuk menentukan apakah pada percobaan ini populasinya berada dalam keseimbangan yang stabil frekuensinya atau tidak. Bila frekuensi gen dalam suatu populasi selalu konstan dari generasi ke generasi, maka populasi tersebut tidak mengalami evolusi. Dari hasil percobaan didapat populasinya mengalami evolusi ditandai dengan Jumlah dari frekuensi fenotip baik dari frekuensi alel maupun frekuensi gen pada percobaan I dan II tidak sesuai dengan Hukum Hardy-Weinberg yaitu yaitu dengan jumlah kurang dari 1.
Ketidak sesuaian ini dikarenakan factor lingkungan yang mempengaruhinya. Ketidak sesuaian dikarenaka banyak kan yang mati. Ikan yang mati munkin dikarenakan suhu, DO maupun pH atau kepadatan yang melebihi batas maksimal.
Dan ketidak seimbangan tersebut dikarenakan adanya banyak fenotip yang dikontrol oleh beberpa gen sekaligus sehingga tidak mungkin untuk menghitung frekuensinya atau kalau tidak terjadinya tumpang tindih . Perbedaan jumlah indukan dikarenakan indukan telah direndam terlebih dahulu dengan ETS dengan dosis 1,3 mg + 8,3 liter air selama 24 jam. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan atau merubah kelamin betina menjadi kelamin jantan.  Karena ikan jantan memiliki fenotip yang berbeda dengan betina. Seperti diketahui, fenotipe yang berbeda sering kali mempunyai nilai ekonomis yang berbeda, dan apabila ini terjadi maka diharapkan untuk mengubah frekuensi dari alel-alel yang memproduksi fenotipe, peningkatan frekuensi alel tersebut mengontrol fenotipe yang diinginkan dan mengurangi alel yang tidak diinginkan.




DAFTAR PUSTAKA


Cahyono, Bambang. 2001. Budi Daya di Perairan Umum. Yogyakarta: Kanisius
Elrod S, Stansfield W. 2002. Genetika Edisi 4. Jakarta: Erlangga.
Stansfield, William D., 1991, Genetika, Erlangga, Jakarta.
Suryo. 1996. Genetika. UGM Press : Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar